Oleh: Hasan Basri - Widyaiswara Madya
Harga coklat saat ini cukup melambung dipasar tradisional, harga biji kakao kering 17 ribu - 18 ribu rupiah perkilogram (Lampung Post April 2007). Bayangkan bila petani coklat memiliki luas lahan satu hektar dengan produksi tiga ton perhektar, tentu nilai tukar yang diperoleh petani cukup menggiurkan. Pendapatan yang diperolehnya bisa mencapai 35 juta rupiah pertahunnya. Penghasilan tersebut setara dengan PNS golongan III dengan masa kerja 20 tahun.
Namun pada kenyataanya sampai saat ini petani coklat belum sejahtera. Hasil survey yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) April 2007 yang lalu petani coklat ternyata memiliki rata-rata penghasilan masih rendah yakni sebesar 9 (sembilan) juta rupiah pertahunnya, artinya rata-rata penghasilan perbulan hanya 750 ribu rupiah saja, jauh dari kebutuhan hidup layak.
Apa yang menyebabkan rendahnya pendapatan petani tersebut? ternyata kepemilikan lahannya rata-rata hanya setengah hektar saja, dengan produksi mencapai 500 kg, sehingga nilai tukar diperoleh hanya sebesar 9 (sembilan) juta rupiah saja pertahunnya.Sebenarnya pendapatan petani tersebut dapat ditingkatkan bila saja petani coklat serius dan bekerja keras dalam berusaha taninya, menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA) Jember Jawa Timur, 2006 bahwa produksi tanaman coklat bisa mencapai 3 (tiga) ton perhektar pertahunnya, artinya jika rata-rata petani coklat memiliki luas lahan seluas setangah hektar, apabila menerapkan teknologi budidaya coklat secara baik, produksi yang diperloleh minimal dapat mencapai 1,5 (satu setengah) ton pertahun, sehingga nilai tukar yang diperolehnya dapat mencapai 25 juta rupiah pertahunanya. Hal tersebut telah dibuktikanya oleh saudara Gimin kontak tani dari Way Jepara Lampung Timur yang memilik kebun coklat seluas satu hektar, kehidupanya sudah lebih dari berkecukupan.
Ia adalah contoh petani pekerja keras dan ulet yang diawali dari berusaha tani coklat seluas setengah hektar dan dalam tempo 20 tahun sudah memiliki luas lahan 5 hektar dan seluruhnya ditanami cokelat. Rumahnya telah permanen yang tadinya masih semi permanen, bahkan pada tahun 2005 beliau telah menunaikan ibadah haji dari hasil usaha tani coklat, sebuah simbol keberhasilan yang patut menjadi teladan bagi petani lainnya.
Namun pada kenyataanya sampai saat ini petani coklat belum sejahtera. Hasil survey yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) April 2007 yang lalu petani coklat ternyata memiliki rata-rata penghasilan masih rendah yakni sebesar 9 (sembilan) juta rupiah pertahunnya, artinya rata-rata penghasilan perbulan hanya 750 ribu rupiah saja, jauh dari kebutuhan hidup layak.
Apa yang menyebabkan rendahnya pendapatan petani tersebut? ternyata kepemilikan lahannya rata-rata hanya setengah hektar saja, dengan produksi mencapai 500 kg, sehingga nilai tukar diperoleh hanya sebesar 9 (sembilan) juta rupiah saja pertahunnya.Sebenarnya pendapatan petani tersebut dapat ditingkatkan bila saja petani coklat serius dan bekerja keras dalam berusaha taninya, menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA) Jember Jawa Timur, 2006 bahwa produksi tanaman coklat bisa mencapai 3 (tiga) ton perhektar pertahunnya, artinya jika rata-rata petani coklat memiliki luas lahan seluas setangah hektar, apabila menerapkan teknologi budidaya coklat secara baik, produksi yang diperloleh minimal dapat mencapai 1,5 (satu setengah) ton pertahun, sehingga nilai tukar yang diperolehnya dapat mencapai 25 juta rupiah pertahunanya. Hal tersebut telah dibuktikanya oleh saudara Gimin kontak tani dari Way Jepara Lampung Timur yang memilik kebun coklat seluas satu hektar, kehidupanya sudah lebih dari berkecukupan.
Ia adalah contoh petani pekerja keras dan ulet yang diawali dari berusaha tani coklat seluas setengah hektar dan dalam tempo 20 tahun sudah memiliki luas lahan 5 hektar dan seluruhnya ditanami cokelat. Rumahnya telah permanen yang tadinya masih semi permanen, bahkan pada tahun 2005 beliau telah menunaikan ibadah haji dari hasil usaha tani coklat, sebuah simbol keberhasilan yang patut menjadi teladan bagi petani lainnya.
No comments:
Post a Comment