Oleh: Hamdan - Widyaiswara Madya
Latar Belakang
Pertanian organik mulai ramai dibicarakan sekitar 10 tahun lalu, dan semakin berkembang dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan produk ini. Konsumen kelas menengah keatas merupakan target pasar dari usaha ini, alasan mereka memilih sayuran organik adalah produk yang aman bagi kesehatan. produk ini sering ditemui di supermarket atau pada agen khusus produk pertanian organik. Harganya sedikit lebih mahal dibandingkan sayuran pada umumnya.
Gaya hidup sehat dengan slogan atau kiasan kembali ke alam (back to nature), merupakan satu alasan meningkatnya permintaan pada produk pertanian organik. Tingginya permintaan ini tidak hanya pada petani sayuran organik maupun produsen pupuk dan pestisida organik, melainkan juga penjual bibit hingga pedagang eceran sayuran organik akan mengalami hal serupa.
Apalagi permintaan produk pertanian organik khususnya sayuran organik pun banyak datang dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Eropa dan Amerika. Tentu hal ini membuka peluang bagi petani sayuran organik untuk melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Tetapi masalahnya, untuk memenuhi permintaan di dalam negeri saja petani sudah kewalahan sehingga untuk sementara orientasi pasar ekspor dilupakan.
Target pasar yang memungkinkan saat ini adalah supermarket. Namun karena permintaan supermarket biasanya sangat besar sedangkan rata-rata produksi petani organik masih terbatas, maka banyak petani ber-[I]partner[/I] dengan [I]supplier[/I] pertanian organik yang lebih besar. Melalui supplier ini, produk pertanian organik yang segar itu dipasok ke supermarket atau memenuhi permintaan ekspor.
Selain pasokan yang belum sepenuhnya bisa dipenuhi, harga produk pertanian organik bisa 3 kali lipat harga produk pertanian anorganik, teknik pemeliharaannya pun mudah, murah, dapat ditanam dimana saja dan siklus perputaran produksinya cepat. Pada dasarnya berbudidaya pertanian organik bisa dilakukan dimana saja asalkan tanahnya subur.
Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.
Dengan demikian, pertanian organik merupakan suatu teknologi yang pada penerapannya kita menyesuaikan dengan lingkungan, agar ekosistem tetap berjalan seperti apa adanya secara alami tanpa harus memutuskan salah satu mata rantai makhluk hidup.
Lahan yang digunakan untuk produksi pertanian organik harus bebas dari bahan kimia sintetis (pupuk dan pestisida). Terdapat dua pilihan lahan: (1) lahan pertanian yang baru dibuka atau, (2) lahan pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian organik. Lama masa konversi tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik seperti pangkasan daun tanaman, kotoran ternak, sisa tanaman, dan sampah organik yang telah dikomposkan.
Kelebihan dan Kekurangan Pertanian Organik
Sistem pertanian organik mempunyai kelebihan antara lain: tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun; tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non-organik; dan harga jual produk tanaman organik lebih mahal.
Sedangkan kekurangan dari sistem pertanian organik antara lain: kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit karena pada umumnya pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan secara manual sehingga apabila menggunakan pestisida alami, maka perlu dibuat sendiri karena pestisida ini belum ada di pasaran; dan penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman yang dipelihara secara non-organik.
Gaya hidup sehat dengan slogan atau kiasan kembali ke alam (back to nature), merupakan satu alasan meningkatnya permintaan pada produk pertanian organik. Tingginya permintaan ini tidak hanya pada petani sayuran organik maupun produsen pupuk dan pestisida organik, melainkan juga penjual bibit hingga pedagang eceran sayuran organik akan mengalami hal serupa.
Apalagi permintaan produk pertanian organik khususnya sayuran organik pun banyak datang dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Eropa dan Amerika. Tentu hal ini membuka peluang bagi petani sayuran organik untuk melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Tetapi masalahnya, untuk memenuhi permintaan di dalam negeri saja petani sudah kewalahan sehingga untuk sementara orientasi pasar ekspor dilupakan.
Target pasar yang memungkinkan saat ini adalah supermarket. Namun karena permintaan supermarket biasanya sangat besar sedangkan rata-rata produksi petani organik masih terbatas, maka banyak petani ber-[I]partner[/I] dengan [I]supplier[/I] pertanian organik yang lebih besar. Melalui supplier ini, produk pertanian organik yang segar itu dipasok ke supermarket atau memenuhi permintaan ekspor.
Selain pasokan yang belum sepenuhnya bisa dipenuhi, harga produk pertanian organik bisa 3 kali lipat harga produk pertanian anorganik, teknik pemeliharaannya pun mudah, murah, dapat ditanam dimana saja dan siklus perputaran produksinya cepat. Pada dasarnya berbudidaya pertanian organik bisa dilakukan dimana saja asalkan tanahnya subur.
Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.
Dengan demikian, pertanian organik merupakan suatu teknologi yang pada penerapannya kita menyesuaikan dengan lingkungan, agar ekosistem tetap berjalan seperti apa adanya secara alami tanpa harus memutuskan salah satu mata rantai makhluk hidup.
Lahan yang digunakan untuk produksi pertanian organik harus bebas dari bahan kimia sintetis (pupuk dan pestisida). Terdapat dua pilihan lahan: (1) lahan pertanian yang baru dibuka atau, (2) lahan pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian organik. Lama masa konversi tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik seperti pangkasan daun tanaman, kotoran ternak, sisa tanaman, dan sampah organik yang telah dikomposkan.
Kelebihan dan Kekurangan Pertanian Organik
Sistem pertanian organik mempunyai kelebihan antara lain: tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun; tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non-organik; dan harga jual produk tanaman organik lebih mahal.
Sedangkan kekurangan dari sistem pertanian organik antara lain: kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit karena pada umumnya pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan secara manual sehingga apabila menggunakan pestisida alami, maka perlu dibuat sendiri karena pestisida ini belum ada di pasaran; dan penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman yang dipelihara secara non-organik.
No comments:
Post a Comment