Saturday, February 2, 2013

Latihan Keliling Sebagai Media Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pertanian

Oleh: Bambang Haryanto - Widyaiswara Madya

Kita sering mendengar apa yang dibicarakan orang dari Presiden, Menteri, Dirjen, anggota DPR bahkan para pimpinan-pimpinan bahwa Sumber Daya Manusia Kita Rendah. Kita akui bahwa memang sumber daya manusia yang rendah ini menyebabkan masyarakat kita menjadi miskin.
Kemiskinan sering berhubungan dengan kurang mampunya masyarakat mengakses suatu teknologi, dimana hasil penelitian telah banyak ditemukan suatu teknologi yang dapat mensejahterakan masyarakat, namun nyatanya masyarakat belum mampu menjamah teknologi tersebut. Selain daripada itu kemiskinan juga berhubungan dengan keterampilan, sikap dan pengetahuan masyarakat yang rendah sehingga mereka sulit untuk keluar dari belenggu itu.

Untuk mengurangi kesenjangan antara hasil penelitian dengan apa yang diperlukan masyarakat tentang suatu hasil penelitian tersebut dapat dilakukan melalui suatu pelatihan atau kursus. Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.
Pelatihan harus didesain untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi yang ada pada waktu yang bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan dari para pekerja secara perorangan. Pengembangan (development) menunjuk kepada kesempatan-kesempatan belajar (learning opportunities) yang didesain guna membantu mengembangkan diri baik para pekerja maupun masyarakat secara umum.
Dilain pihak kita juga mendengar keluhan dari para pengambil kebijakan bahwa kita akan melaksanakan pelatihan sebanyak-banyaknya, namun kendalanya adalah anggaran tidak cukup, kita sudah dipatok untuk sekian orang, sehingga masyarakat yang dapat kita kembangkan atau kita latih menjadi semakin kecil.
Untuk meningkatkan jumlah masyarakat baik penyuluh pertanian, kelompok tani maupun warga masyarakat yang dapat terlayani oleh suatu pelatihan maupun kursus maka langkah yang paling cocok adalah melakukan kegiatan pelatihan keliling.
Bila merujuk dengan model pelatihan keliling ini, maka dana yang tersedia untuk pelaksanaan pelatihan bisa ditingkatkan yang tadinya hanya 30 orang kita dapat melatih lebih banyak lagi dan banyak masyarakat yang dapat dientaskan dari kemiskinan.
Pelatihan jenis ini untuk menjangkau warga di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh Balai Pelatihan (BPP). Model pelatihan ini dibutuhkan karena secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang wilayahnya sangat luas. Pelatihan keliling dapat dijadikan sebagai salah satu program kerja Badan SDM Pertanian dalam mengatasi masalah kemiskinan di daerah-daerah dengan menyiapkan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan produktif.
Pada intinya, dengan program ini kita ibaratkan sebagai program jemput bola. Kita datangi warga ke tempat tinggalnya. Dengan metode ini, semua masyarakat yang membutuhkan suatu keterampilan, terutama yang tinggal di pelosok pedesaan agar bisa memiliki keterampilan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Kendaraan pelatihan kerja keliling ini dilengkapi peralatan dan instruktur pelatihan kerja yang disesuaikan dengan berbagai kejuruan diantaranya alat-alat budidaya tanaman, alat-alat pengolahan hasil pertanian, alat-alat perbaikan mesin, dan lain-lain.
Bagaimana prosedur melaksanakan latihan keliling :
  1. Balai Pelatihan membuat petunjuk pelaksanaannya serta leafleaf tentang pelaksanaan pelatihan keliling 
  2. Leaflef ini kemudian disebarluaskan kepada penyuluh maupun kelompok tani 
  3. Di Balai Pelatihan dibentuk suatu sekretariat yang dapat menampung keinginan masyarakat tentang pelatihan apa yang diperlukan. 
  4. Kelompok tani mengirim surat ke sekretariat pelatihan tentang pelatihan yang diperlukannya 
  5. Sekretariat membalas kapan akan dilaksanakan 
  6. Balai Pelatihan menugaskan widyaiswara maupun pelatih yang kompeten sesuai dengan spesialismenya 
  7. Widyaiswara sesuai spesialismenya berangkat ke lapangan dengan kendaraan operasionalnya untuk melaksanakan pelatihan 
  8. Widyaiswara melaporkan hasil pelatihan ke sekretariat
Bila ini dapat dilaksanakan maka biaya pelatihan lebih sedikit yang tadinya peserta sebanyak 30 orang dibiaya perjalannya menjadi 1-2 orang widyaiswara yang dibiayai.
Mudah-mudahan bermanfaat.

No comments:

Post a Comment